Qaf 1-10

Ada beberapa surah lain dalam qur'an yang mengingatkan pembaca untuk membuktikan bahwa Qur'an jelas mendukung teori "bumi datar":
[19] Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran(Sura Al-Hijr 15:19)

[53] Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.(Sura Ta Ha 20:53)

[10] Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.(Sura Az-Zukhruf 43:10)

[7] Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata(Sura Qaf 50:7)

[19] Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,(Sura Nooh 71:19)

Sekarang mari kita periksa dua surat penting dari Qur'an. Dalam satu sura Qur'an dikatakan bahwa salah satu orang beriman melihat matahari tenggelam di salah satu tempat di bumi yang penuh air dan lumpur. Disana, orang ini bertemu beberapa orang. Marik ita lihat apa yang direkam dalam Qur'an (surah "gua", ayat 86):
[86] Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka". (Sura Al-Kahf 018.086).

Kembali dalam ayat lain di surat yang sama dikatakan -

[90] Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,(Sura Al-Kahf 018.090).

Pembaca manapun, yang memiliki nalar dan mengetahui sains dasar, tau bahwa matahari tidak memiliki tempat "terbit" dan "terbenam", karena, matahari tidak terbit, tidak pula tenggelam. Adalah gerak harian bumi yang membuatnya tampak di setiap tempat terbit dan tenggelam. Namun tampak bahwa Allah yang Maha tahu tidak tau tentang kebenaran ilmiah sederhana ini. Allah berpikir bahwa matahari memerlukan tempat terbit dan tenggelam yang tetap dan seseorang mesti pergi ke ujung dunia untuk menemukan tempat itu. Ini memberikan gagasan bahwa masyarakat di zaman Muhammad percaya bahwa Bumi itu datar dan matahari bergerak di langit terbit di satu tempat dan tenggelam di tempat lain.

Bukti dari bumi datar secara implisit tampak dalam waktu sholat Muslim. Aroj Ali Matubbar, filsuf-pedagang dari Benggala menyelidiki gagasan bumi datar ini lebih jauh dalam bukunya 'The Quest for Truth'. Mari kita ambil kesempatan untuk memeriksa karyanya. Allah dengan jelas menganggap bahwa terdapat universalitas waktu dan tidak memiliki konsep "waktu lokal". Ditemukan dalam hampir semua agama terdapat jam2 tertentu untuk doa/sholat. Namun tidak dipahami kenapa Pencipta Alam Semesta tidak akan menerima doa bila seseorang tidak melakukannya pada waktu2 yang ditetapkan? Islam menyatakan hal yang sama dengan sholat lima waktu sehari dan terdapat waktu2 dimana sholat dilarang untuk dilakukan.

Gerak harian bumi menyebabkan perbedaan waktu lokal di negara2 dengan lintang berbeda sebagai akibatnya selalu ada orang yang melakukan sholat di tempat lain yang berbeda waktunya. Tapi merupakan larangan untuk sholat di waktu matahari terbit. Apa perbedaannya? Matahari terbit pada jam berbeda di tempat berbeda - lebih awal di negara2 timur daripada di barat. Jadi saat sholat dilarang disini tapi tidak dilarang di tempat lain. Sebagai contoh, saat matahari terbit di New York, ia belum terbit di Los Angels dan ia sudah terbit beberapa jam lalu di London. Maka, saat sholat dilarang di New York, ia tidak dilarang di L.A. atau London. Dalam kasus itu, apakah masuk akal melarang sholat pada waktu tertentu?

Pertanyaan yang sama dapat diberikan pada jam2 sholat. Karena setiap saat adalah waktu sholat di sebagian tempat, apa pentingnya menetapkan jam tertentu untuk sholat tertentu?

Ada waktu dimana bumi dianggap datar dan tetap yang akan membuat jam menjadi identik di sebarang tempat di dunia tanpa variasi waktu lokal. Mungkin ini membawa pada gagasan waktu sholat. Namun sekarang telah dibuktikan bahwa bumi adalah bola yang bergerak. Mari kita bahas masalah yang muncul dari keslaahan konsep tersebut.

Anggap setelah mengatakan bahwa sholat Zuhur dimulai jam setengah satu siang, seseorang menuju ke Mekkah dari Bangladesh dengan mengendarai pesawat terbang dengan laju 3000 mil per jam. Setibanya disana ia menemukan bahwa waktu belum siang. Apakah ia harus melakukan sholat zuhur sekali lagi saat waktu zuhur itu tiba?

Bila sebuah pesawat terbang ke barat pada laju 1041.67 mil per jam, matahari akan tampak diam tak bergerak dan penumpang tidak akan punya gagasan mengenai waktu di hari itu - pagi, siang, atau sore - dengan melihat matahari. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana penumpang melaksanakan sholat dan puasanya?

Hanya di katulistiwa bumi dimana siang dan malam dalam setahun memiliki panjang yang sama. Namun semakin ke utara dan selatan dari khatulistiwa, semakin panjang waktu siang dan malam tergantung pada musim dalam tahun itu. Di beberapa negara di dekat daerah kutub utara, siang menjadi sangat panjang di musim panas sedemikian hingga hanya beberapa saat setelah petang, matahari kembali naik tanpa malam antara sore dan petang. Bagaimana seseorang dapat melakukan sholat ashar disini?

Di daerah kutub utara terdapat sekitar 6 bulan siang hari terus menerus di ikuti malam hari 6 bulan terus menerus. Karena kita hanya mengalami satu hari dan satu malam disana mungkin kita bisa bilang sholat lima waktu dalam satu tahun namun bagaimana seseorang berpuasa selama tiga puluh hari dari terbit fajar sampai tenggelam matahari? Ini cukup merupakan bukti bahwa Allah tidak memahami mengenai kenyataan Bumi, dan mungkin menganggap bahwa bumi itu datar.

Setelah buku Maurice Bucaille berjudul "Bible Qur'an and Science" muncul di pasar tahun 1976, ia menjadi sebuah sensasi khususnya bagi masyarakat terpelajar di Bangladesh. Sebuah trend baru muncul untuk mengkaitkan sains modern dengan ayat2 kabur dari kitab suci. Akan tentu saja tidak relevan untuk menekankan pada saat ini dari media berita dan situs rasionalis/humanis bagaimana sebagian ilmuan barat di suap, untuk menyatakan pendapat positifnya mengenai sains Qur'an :

How Western Scientists Discovered $cience in Qur'an! oleh Abul Kasem

Western Scientists Bribed, Duped into Endorsing "Qur'anic" Science oleh James Dorsey

Embryonic Terrorist Dawaganda oleh Sadiqi az-Zindiki

Di Bangladesh, usaha serupa dari sebagian cendekiawan muslim yang telah mulai menulis mengenai buku2 "super ilmiah" mengikuti trend yang di usung Dr. Bucaille dan Dr. Moore. Organisasi Fundamentalis paling kuat yang bernama Islamic Foundation of Bangladesh telah mengambil beberapa proyek hebat dan usaha filantropik untuk mengungkap harta karun ilmiah dalam Qur'an! Usaha demikian di dukung dengan senang hati oleh pemerintah Bangladesh. Ratusan buku pseudo-ilmiah telah ditulis untuk mempengaruhi masyarakat Bangladesh, Bahkan beberapa organisasi fundamentalis, di inspirasi oleh misi ini, mengancam para profesor sekuler dengan meminta perubahan silabus universitas agar sistem pendidikan sesuai dengan sains islam.

[50:9] Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
[50:10] dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun,

رِ50:11] untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.

Dr Bucaille juga mengkalaim dalam bukunya bahwa qur'an menceritakan tentang siklus air, dimana, air:

(1) menguap dari laut dan bumi;

(2) menjadi awan; yang mana

(3) memberi hujan; kemudian

(4a) menyebabkan tanah memberi rizki, dan

(4b) mendaur ulang meja air yang mengungkapkan dirinya dengan sungai yang deras dan sumur yang penuh.

Abul Kasem telah menekankan ini dalam salah satu artikelnya:

Bila seseorang membaca bahasan Dr. Bucaille pada topik ini, tidak perlu pintar untuk mencatat logika yang diputar dan pilihan pintar nya hanya pada ayat2 yang memenuhi keinginannya. Satu penekanan menarik adalah bahwa ia hanya menyalin fenomena alam yang ditulis dalam qur'an dan menafsirkannya sebagai penjelasan ilmiah dalam qur'an. Ini jelas tidak dapat diterima bagi orang yang paham mengenai apa itu pengetahuan ilmiah sebenarnya.

mari kita lihat bagaimana Dr William Campbell menyanggah sains Qur'an dari Bucaille :

Dr Bucaille menyatakan bahwa hingga akhir abad ke16 "manusia memahami pandangan siklus air yang tidak benar", dan menganggap beberapa pernyataan dalam Qur'an yang mencerminkan sebuah pengetahuan siklus air tidak dapat datang dari sumber manusia.

Ia mengutip ayat 50:9-11, 35:9, 30:48, 7:57, 25:48-49, dan 45:5, sebagai ayat2 membahas langkah (2), (3), dan (4a) di atas. Sebagai contoh, mari kita lihat surah makkiyah akhir(Al-A`rúf) 7:57,

[57] Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa (2)awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan (3)hujan di daerah itu, maka (4a) Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

Untuk menunjukkan langkah (4b) di atas ia mengutip dari ayat 23:18-19, 15:22, dan dari surah makkiyah akhir (Al-Zumar) 39:21 yang berbunyi:

[21] Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi (4b) sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

Ayat2 ini akurat, tentu saja, namun pertanyaannya apakah itu menunjukkan pengetahuan khusus dan berarti wahyu dari Tuhan? Jawabannya jelas "tidak bisa". Setiap orang, bahkan mereka yang tinggal di kota, dapat menyebutkan langkah (2), (3), dan (4a). Dan setaip orang yang memiliki hubungan dengan petani selama kekeringan akan mendengar mereka mengatakan mengenai sumur dan sungai mereka yang mengering, maka menunjukkan langkah pengetahuan (4b) itu umum bahwa sumbernya adalah hujan dan asal dari air bawah tanah.

Namun bagaimana dengan langkah (1)? – penguapan sebagai sumber awan hujan. Ini akan lebih sulit dipahami dengan pengamatan sederhana saja, itu tidak mungkin tampak pada masyarakat kuno saat Qur'an diturunkan. Namun apakah qur'an memiliki ayat yang menjelaskan proses penguapan? Sayangnya, tidak satu ayatpun mendukung klaim tersebut.

Dapat ditunjukkan bahwa tidak ada akhirnya cendekiawan muslim membuat klaim aneh. Bila kita mengunjungi situs islam besar, kita akan menemukan ratusan argumen konyol seperti itu.
Sebagian sanggahan berikut dari teman2 lainnya:
Richard Carrier menyanggah klaim Dr Mansour Hassab-Elnaby mengenai laju cahaya.
The Koran Predicted the Speed of Light? Not really., Secular Web
Ali Sina menyanggah klaim Harun Yahya tentang lapisan atmosfer. Layers of Heaven
Abul Kasem dan Syed Kamran Mirza menyanggah klaim mengenai gunung2 Mountain Building—Allah's Style?, Koran on Mountain.

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License