Yunus 61-70

Bacaan:

Wama takunu fi sya'nin wama tatlu minhu min qur'anin wala ta'maluna min alamin illa kunna alaykum suhuudan iz tufidhuna fihi wama ya'zubu ar rabbika mim mithqali zarratin fil ardhi wala fi assamaa'i wala asghara min zalika wala akbara illa fi kitabim mubiin.

Terjemahan:

[61] Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).

Teori Atom ilmiah tidak ada kaitannya dengan Atom Qur'anik ini. Atom ini dipakai adala qur'an untuk menunjukkan partikel kecil. Saat orang aRab mencoba membicarakan mengenai partikel kecil mereka tidak dapat menemukan kata yang cocok untuk menjelaskannya; satu2nya kata yang pas mereka dapat pakai adalah "zarah" (dharra)yang berarti partikel debu, atau sebuah biji mustard atau semut kecil.

Khususnya, tafsir Ibnu Katsir pada "zarah" (Q10:61) dapat menjadikan kita tertarik:

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar debu di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata. (QS. Yunus, 10: 61)

Bila Qur'an benar2 berbicara secara ilmiah mengenai atom dan molekul kita mestinya mendapatkan indikasi mengenai elektron, proton dan neutron. Namun tidak ada indikasi nyata darinya dalam keseluruhan Qur'an. Bila seorang ilmuan mengklaim bahwa Qur'an sesungguhnya berbicara mengenai fisika Atomik maka ia mesti menunjukkan dari mana kita bisa memperoleh gagasan ilmiah struktur nuklir, bagaimana seseorang dapat mengamati penyebaran Rutherford, bagiamana seseorang dapat memperoleh sifat statis dari nukleus, seperti momentum sudut, paritas, ukuran bentuk, momen ganda magnetik, momen ganda listrik dsb., dan bagaimana dengan sifat dinamik; seperti reaksi nuklir dsb? Tidak pula kita memperoleh gagasan apapun dari qur'an mengenai model interaksi kuat atau model interaksi lemah, tidak bisa pula kita membangun, memakai prinsip qur'an, model apapun yang bagus: seperti model peluruhan gas Fermi, model partikel alpha, model tetesan minyak, model cangkang, model optis, model kollektif atau model nukleus senyawa. Qur'an hanya dapat membayangkan, secara sangat meragukan, partikel kecil sebagai debu atau semut kecil. Sementara ilmuan islam mencoba membuktikan bahwa Qur'an adalah super-ilmiah mereka biasanya mencoba menafsirkan kata di luar konteks.

Kembali, bila seseorang meramalkan sesuatu menunjukkan bahwa ada inspirasi agung dan aura supernaturalisme maka kita harus memberikan kreditnya kepada Epicurus (341-270 BC), yang meramalkan, dalam rangkuman puitisnya 'De Rerum Natura', dalam istilah yang jauh tidak ambigu dari apapun yang dituliskan Qur'an, keberadaan atom dan molekul (mengikat dua atom untuk menghasilkan sebuah kimiawi berbeda). Mengikuti prinsip2 cendekiawan islam maka kita harus menganggap Epicurus seorang nabi atau bukunya sebuah wahyu? Bahkan sebelum Epicurus, sekitar 440 SM, Leucippus dari Miletus mengawali konsep atomik. Kemudian, ia dan muridnya, Democritus (460-371 SM)dari Abdera, memperbaiki dan memperluas gagasan ini. Ada lima point utama pada teori atom saat itu. Epicurus, mengembangkan karya Leucippusdan Democritus dan membuat gagasan mereka terkenal luas. Dari sejarah kuno kita juga belajar mengenai sumbangan signifikan yang diberikan filsuf India. Jauh sebelum Muhammad lahir, Kanada, pendiri sistem Vaisesika filosofi mengatakan bahwa semua materi di alam semesta terdiri dari atom. Kata Tamil untuk atom adalah "anu" yang merupakan kata kuno, disebutkan dalam literatur tamil tahun 600 M atau bahkan lebih awal! Jadi tidak ada sama sekali alasan yang sah untuk mengklaim bahwa Qur'an, yang ditulis dalam pewriode setelahnya, secara jelas dan ajaib meramalkan peristiwa2 tertentu pada atom yang sekarang telah ditemukan oleh sains modern.

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 License